Sang Saudagar Dermawan
Meskipun Abdurrahman menjadi saudagar yang kaya raya, tapi ia juga ahli sedekah. Selain berjuang dengan segala tenaga dan waktu untuk Islam, Abdurrahman bin Auf juga tak pernah sayang untuk memberikan harta kekayaan yang dimilikinya.
Pernah suatu kali kota Madinah seperti dilanda badai, suara gemuruh dan debu yang sangat tebal beterbangan hingga menutupi pandangan mata. Jalan-jalan utama di Madinah seperti tertutup kabut. Warga yang melihat kejadian tersebut penasaran, apa kira-kira yang sedang terjadi di kota mereka. Di antara warga tersebut banyak yang mengira bahwa tengah terjadi badai di kota mereka, tapi ternyata di balik kepulan debu tersebut terdengar suara serombongan kafilah yang panjang. Ternyata itu adalah kafilah dagang dari Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 unta dan kuda dan memuat bahan pangan, sandang serta kebutuhan penduduk Madinah.
Aisyah sempat bertanya mengenai hal tersebut, “Suara apa itu?”
“Itu kafilah dagang Abdurrahman bin Auf,” jawab salah satu sahabat.
“Semoga Allah senantia memberikan keberkahan kepada Abdurrahman bin Auf, sesungguhnya aku pernahm endengar dari Rasulullah bahwa dia akan memasuki surga dengan merangkak,” tutur Aisyah.
Sang sahabat kemudian menyampaikan hal tersebut kepada Abdurrahman bin Auf. Kemudian Abdurrahman bin Auf mendatangi Aisyah dan menanyakan perihal kabar tersebut.
“Apa betul, yang disampaikan fulan kepadaku, wahai Ummul Mukminin? Apakah Engkau mendengar sendiri kabar dari mulut Rasulullah?”
“Ya,” jawab Aisyah.
“Seandainya bisa, aku ingin memasuki surga dengan berjalan. Sudilah kiranya Engkau menjadi saksi bahwa kafilah beserta seluruh kendaraan dan muatannya akan aku serahkan untuk jihad fii sabilillah,” tutur Abdurrahman bin Auf.
Sejak mendengar kabar tersebut Abdurrahman bin Auf tak pernah tanggung-tanggung jika bersedekah. Dia tidak mau jika harta yang dimiliki bisa menjadi penghalang untuknya melangkah lebih cepat ke surga-Nya, meski Abdurrahman bin Auf masuk ke dalam 10 orang yang dijamin masuk surga.
Suatu hari Abdurrahman bin Auf disuguhi makanan oleh seseorang, sedang dia tengah menjalankan puasa. Kemudian dia berkata dan menangis tersedu, “Sungguh keadaan Mush’ab bin Umair lebih baik dari keadaaan saya. Dia syahid dalam peperangan, ketika kepalanya ditutup kain kafan, maka mata kakinya kelihatan, pun sebaliknya, jika ditutup hingga mata kaki, maka kepalanya yang akan terlihat. Saya hanya takut, jikalau pahala ini disegerakan Allah di dunia ini.”
Abdurrahman bin Auf adalah sosok pengusaha muslim sejati. Pekerja keras, tangguh, pantang menyerah dan selalu berjuangan demi tegaknya Islam di muka bumi. Prinsip yang dibawanya, bahwa harta yang dimiliki jangan sampai membuatnya lambat ke surga sungguh menginspirasi. Dia wafat dengan berteman amal yang sangat banyak, sebab jaminan surga yang diberikan kepadanya tak lantas membuat Abdurrahman bin Auf berleha. Ia semakin gigih untuk terus mendekatkan diri kepada Allah. Hingga di saat pemakamannya, Ali bin Abi Thalib berkata,
“Abdurrahman bin Auf telah berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Ia telah mendapat kasih sayang Allah. Semoga Allah senantiasa merahmatinya. Aamiin.” []
Komentar
Posting Komentar